“ini
dibacanya \’thrē\ bukan \’trē\”
Dan
dengan susah payah anak-anak itu mencoba menirukan \’thrē\ dengan baik dan
benar. Beberapa dari mereka tetap saja melafalkan three dengan \’trē\ (tree).
Namun ada beberapa dari satu dua anak yang berhasil melafalkannya dengan benar.
“ahh mbak alva ki le
ngomong ilate ditekuk tekuk” dan tak jarang
celetukan seperti ini muncul dari anak-anak yang sudah menyerah untuk
melafalkan \’thrē\.
Tak
dapat disangkali memang susah untuk melafalkan bahasa inggris dengan benar.
Maka dari itu, kita harus membiasakannya sejak kecil. Kalau sejak kecil sudah
diajari yang salah, bagaimana kedepannya?
Jadi
itu sedikit cuplikan pengalaman mengajar bahasa inggris di SD N II Tasikhargo.
Beribu kata mungkin tak dapat menggambarkan betapa campur aduknya perasaan
ketika mengajar anak-anak yang “hyperaktif’. Yap, saat itu adalah pertama
kalinya saya mengajar bahasa inggris di SD. Awalnya saya tidak tahu harus
bagaimana, bahkan saya tidak tahu kemampuan anak-anak dalam berbicara bahasa
inggris. Hari pertama masuk sekolah, saya memberanikan diri menemui bapak ibu
guru SD N II Tasikhargo. Niat awal saya tidak lain dan tidak bukan untuk
menjalin silturahmi serta meminta izin untuk ikut dalam kegiatan sekolah.
Senangnya saya ketika mereka menyambut saya dengan baik dan ramah tamah. Mereka
sangat senang jika ada yang mau membantu mengajar bahasa inggris. Dan di
sinilah rasa percaya diri saya muncul karena saya diberi keleluasaan untuk mengajar
bahasa inggris.
Dan
tibalah saatnya..
Kelas
yang pertama kali saya masuki adalah kelas IV. Ketika saya memasuki pintu
kelas, semua anak langsung heboh memanggil nama saya dan berlarian menghampiri
saya. Wooooww, sambutan yang sangat mengejutkan. Sebagian besar anak-anak sudah
mengenal saya, jadi sudah tak aneh lagi jika mereka heboh ketika melihat saya
di sekolah. Mengajar kelas IV merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Selain
karena anak-anaknya yang super duper “aktif”, mereka belum pernah belajar
bahasa inggris sebelumnya. Jadi ini akan menjadi kesan pertama bagi mereka.
Woow tugas yang agak berat, tapi saya harus membuat kelas bahasa inggris
menyenangkan. Awalnya saya mengajarkan greeting
dan introduction. Sedikit demi
sedikit saya ajari juga pronouncation dan
alhasil mereka masih agak bingung dengan bahasa baru ini. Meskipun begitu,
akhirnya mereka mengerti dan ketika saya meminta mereka maju ke depan untuk
praktek greetings and introduction, krik
krik tak ada satupun yang maju. Saya rasa mereka terlalu takut salah sehingga
tidak ada yang maju. Anak-anak yang hyperaktif pun dalam sekejap berubah
menjadi anak-anak yang super pendiam. Dan di saat seperti inilah saya
membiarkan anak-anak itu untuk santai. Saya ajarkan mereka bernyanyi dalam
bahasa inggris seperti ABC’s song. Dan mereka semua bernyanyi bersama-sama,
tidak ada lagi anak pendiam karena mereka semua bersenang-senang sambil
menyanyikan lagu ini. Ketika mereka suasana sudah cair lagi, saya menawarkan
mereka untuk maju mempraktekkan greetings
and introduction. Namun, untuk kali ini caranya berbeda. Mereka yang maju
adalah mereka yang kalah dalam game. Yap, permainannya sederhana, saya melempar
sebuah bola kertas yang kemudian akan dilemparkan terus menerus oleh anak-anak.
Dan ketika lagu berhenti, anak yang terakhir memegang kertas harus maju untuk
mempraktekkan greetings and introduction.
And it works! Yeaaaahh. Mereka semua
senang dan tidak ada yang malu-malu untuk mempraktekkan berbicara bahasa
inggris. Bahkan mereka berlomba-lomba untuk berbicara bahasa inggris.
Di
SD N II Tasikhargo ini saya mendapatkan kepercayaan untuk mengajar kelas
III-VI. Saya menghadapi berbagai macam tingkah anak-anak. Saya sangat bangga
dengan mereka semua karena mereka sangat antusias untuk belajar meskipun kadang-kadang
mereka membuat saya sebal. Yah tak jarang mereka usil seperti menyembunyikan
sepatu saya dalam tong sampah, atau membawa kabur tas saya. Tidak hanya saya
yang terkena ulah jail mereka, teman-teman saya yang menemani saya mengajar pun
kadang sebal karena anak-anak jail kepada mereka. Tapi di sini saya menyadari,
mereka adalah anak-anak yang sangat senang diperhatikan. Jadi saya sebisa
mungkin menjadi sosok yang bisa dijadikan teman bagi mereka. Selain itu saya
dan teman-teman juga harus bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka semua.
Tiga
minggu berlalu, dan akhirnya tibalah saat itu, saat di mana kami harus
berpisah, saat di mana kami tidak lagi mengajar mereka bahasa inggris. Saya
tidak tahu harus berkata apa. Berpisah dengan anak-anak SD N II Tasikhargo
bukanlah hal yang mudah. Mereka memberikan cerita sendiri bagi saya dan juga
teman-teman. Saya tahu saya akan merindukan teriakan-teriakan mereka memanggil
nama saya. Saya juga akan merindukan saat saya datang ke sekolah dan mereka
semua berlarian dari kelas untuk memeluk saya atau hanya sekedar menyapa. Saya
juga akan merindukan bermain bersama mereka, bercerita dan bercanda. Entah
kenapa mereka memberikan kesan mendalam bagi saya, padahal saya bukanlah tipe
orang yang menyukai anak-anak. Namun di sini, saya bisa menjadi orang yang
sangat bersahabat dengan anak-anak. Saya akan merindukan senyum manis mereka,
tawa dan candaan mereka. Dan ketika hari itu datang, saya hanya bisa diam
tersenyum dan di dalam hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada anak-anak luar biasa dari SD N II Tasikhargo.
0 comments:
Post a Comment